Mata
yang bening dan pilu,
Dalam
memandang sesuatu di alam buana,
Dalamnya
kelihatan cahaya rahmat,
Dan
penuh kasih sayang yang damai,
Terbitnya
daripada jiwa yang damai,
Dan
terlihatlah di wajah dan matanya,
Akan
nilai kasih sayang yang indah,
Redup
memandang penuh belas.
Mata
inilah yang memandang cahaya,
Cahaya
yang bersinar dengan nilainya,
Mata
yang menangisi nasib diri atas kekurangan,
Bukan
menyesali atas ketentuan,
Tetapi
menghisab akan diri sebelum penghisaban,
Menangisi
dosa yang dilakukan,
Melihat
gambaran diri dalam bakaran,
Sepertinya
telah dipanggang,
Dan
kering tubuh bagaikan bangkai,
Akibat
dosa dan noda yang kering terbakar,
Tika
itu si insan menangis,
Dalam
sedu yang tak tertahankan.
Terkenang
dan mengenang nasib diri,
Dan
ke mana halanya selepas mati nanti,
Apakah
bahagia atau celaka,
Di
barzakh yang penuh cuba,
Akibat
salah yang dilakukan di dunia,
Melanggar
perintah Yang Maha Esa,
Terasa
terbakar dirinya dalam sedarnya,
Lalu
titisan-titisan air matanya,
Mengalir
lebih deras lagi,
Meratapi
diri yang berdosa,
Menitis
hingga membasahi kain dan sejadahnya,
Nilai
penyesalan ini bukan tiada harganya,
Bahkan
ia sangat bernilai bagi yang memahaminya,
Titisan
air mata yang keluar tika dirimu menyesal,
Titisan
yang keluar tika dirimu berzikir pada-Nya,
Yang
menitis tika dirimu rindukan Rasul kekasih-Nya,
Yang
mengalir tika dalam tahajjudmu,
Dan
juga tika berdirimu dalam solat tasbihmu,
Ketika
mana engkau bersendirian dan tiada yang melihatmu,
Melainkan
Dia sahaja....hanya Dia,
Beruntunglah
bagi yang menitis air matanya,
Akibat
penyesalan dan ketakutan,
Dan
akibat kerinduan yang mendalam,
Air
mata inilah yang insyaAllah bakal menyelamatkannya,
Di
Akhirat sana yang sengsara azabnya,
Di
ketika mana manusia sengsara di Mahsyar,
Ada
insan yang dilindungi di bawah Arasy yang mulia,
Dialah
manusia yang ketika hidupnya,
Menangis
dan menitis air matanya kerna takutkan Allah,
Kerna
gentar hatinya dengan nama Allah,
Sungguh
ia rasakan itu di jiwanya,
Dialah
orang yang beruntung,
Itulah
nilai setitis air mata,
Ia
bukan sia-sia tumpah ke bumi,
Tapi
punyai nilai tersendiri,
Saat
tahajjudmu kau rasakan beningnya hati,
Akibat
esakan dan tangisan dalam solatmu,
Sunnguh
berharga dirimu,
Makhluk
langit mengenalimu,
Di
saat makhluk di bumi tiada mengenalmu,
Dan
menyisihkanmu dalam hidup mereka,
Malammu
berhias indahnya,
Dengan
wudhu’, solat dan zikrullah,
Dan
air mata sebagai saksi,
Di
hadapan Allah Azzawajalla,
Di
Akhirat nanti,
Bahawa
mata inilah yang pernah menangis,
Tika
di dunia dahulu,
Jangan
kau tiada tahu,
Bahawa
tangisan itu bakal menyelamatkanmu,
Di
sana nanti dengan rahmat Allah jua,
Masuk
seseorang ke Jannah bukan kerana amalnya,
Tapi
kerana rahmat-Nya,
Jadi
menangislah wahai mata,
Jadilah
nilai seorang hamba,
Yang
benar-benar perhambakan dirinya,
Pada
pemilik segala hamba,
Titiskan
air matamu,
Di
saat orang lain lalai dengan ddunia mereka sendiri.
Oleh:
ABDUL
LATIFF MOHAMAD ASY-SYALUKI,
21
April 2012 Masihi bersamaan 29 Jamaddilawwal 1433 Hijrah,
Sabtu,
Jam 6.27 petang,
Georgetown,
Pulau
Pinang.