Friday 30 November 2012

AHLIL IMAMAH

Engkau yang setia,
Mengikut jejak,
Menghidupkan sunnah,
Rasul yang tercinta.

Pakailah imamah,
Ia sunnah Nabimu,
Dengan ekor terjuntai,
Di dua bahu Baginda.

Imamah putih kemas itu,
Dilitupi pula dengan rida',
Amalkan sunnah itu,
Wahai saudaraku sekalian.

Sunnah Rasulmu,
Jika tiada dapat,
Di'amal semua,
Janganlah ditinggal semua.

Wahai ahlil imamah,
Istiqomahlah dalam ber'amal,
Sunnah Rasulmu itu,
Teguhlah dalam cintanya.






Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Juma'at, 16 Muharram 1434 H = 30 November 2012 M,
Jam 9.44 malam,
Georgetown,
Pulau Pinang.
 
 

USTAZI YA USTAZI

Ustazi ya ustazi,
Semoga Allah membalasmu,
Dengan kebaikan,
Hingga akhirat sana.

Satu huruf kau ajarkanku,
Itulah 'ilmu pertamaku,
Ustazi ya ustazi,

Sungguh besar jasamu.

Ku do'akanmu ya ustazi,
Ditambahi padamu 'ilmu,
Dan bimbingan yang terus,
Amin ya Allah.

Ustazi ya ustazi,
Indah akhlaqmu,
Kemas imamahmu,
Seteguh imanmu.

Jasamu mengajariku,
Hanya Allah membalasmu,
Rahmat Allah ku pohonkan,
Buatmu hingga akhirat sana...ya ustazi.




Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Juma'at, 16 Muharram 1434 H = 30 November 2012 M,
Jam 9.13 malam,
Georgetown,
Pulau Pinang.

KERINGAT PETANI

Di bawah terik mentari,
Silau membakar kulit,

Dan mengalirkan keringat jernih,
Menitis di sawah,
Yang keruh berselut,
Demi sebuah kehidupan,
Padi-padi dicedung,
Satu-satu dibenam,
Tiada hirau panas kan hujan,
Petani terus saja mencedung,
Tiada hirau cuaca panas itu.

Menghijau sawah,
Seluas pandangan mata,
Hembusan lembut angin bukit,
Membelai helai-helai daun padi,
Yang subur hijau,
Ku lihat insan-insan berterendak,
Berselut-selut bajunya,
Dengan keringat membasahi tubuh,
Dan peluh yang mengalir,
Demi sesuap nasi,
Gigih dirimu duhai petani.

Pipit-pipit terbang melayang,
Meninjau padi-padi di sawah,
Anak-anak padi ditanam,
Berbaris indah,
Di suatu sudut sana,
Ada yang membaja sawahnya,
Ada yang mengikat unting,
Indah sungguh suasana kampung,
Damai,
Angin-angin setia,
Menghembus lembut juraian,
Daun-daun padi,
Dan wajah petani,
Yang kental usaha,
Air di parit,
Berombak lembut ditiup angin,
Padang yang menghijau,
Sawah apdi itu,
Membawaku kembali ke zaman silam,
Berkubang di dalam selut,
Memasang taut-taut ikan,
Bercedung anak-anak padi,
Mengikat unting-unting padi,
Memukul padi yang masak,
Alangkah indahnya saat itu,
Kini,
Ia sudah berlalu pergi.






Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Juma'at, 16 Muharram 1434 H = 30 November 2012 M,
Jam 9.05 malam,
Georgetown,
Pulau Pinang.

PAGARUYUNG OH PAGARUYUNG

Pagaruyung oh Pagaruyung,
Lambaianmu membuatku rindu,
Rindu yang mencengkam,
Untuk menjejak tanah leluhurku.

Sungguh,
Keindahan bumimu menggamitku,
Jauh terpisah denganmu,

Tersergam rumah gadang itu.

Pagaruyung,
Bukalah pintu kotamu,
Ku ingin pulang padamu,
Ingin ku injak tanahmu.

Tanah leluhur yang memanggilku,
Bumbung bertanduk yang indah,
Menjemputku,
Setialah duhai Pagaruyung.

Istano Basa itu,
Sungguh membuatku rindu,
Menginjak ranah lamo,
Di taman yang indah.

Ingin ku ambil segenggam tanahmu,
Pagaruyung tercinta,
Berbenihnya kasih leluhurku,
Berpindah wilayah jua.

Bayangan kasihmu,
Hebat juangmu,
Leluhurku,
Ku ingin kembali menziarahimu.

Tanah Sumatera itu,
Undang jejak padamu nanti,
Ku ingin menatap dirimu,
Duhai Pagaruyung tercinta.



Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Juma'at, 16 Muharram 1434 H = 30 November 2012 M,
Jam 8.43 malam,
Georgetown,
Pulau Pinang.

TOK AYAH

Sesusuk tubuh yang tua,
Masih gagah menginjak bumi Tuhan,
Walau tidak sekejap,
Waktu mudanya,
Wajahnya yang cerah bercahaya,
Cerah dan kemerahan,
Dengan pancaran nur,
Dan senyuman yang mendamaikan,

Pandangan matanya penuh kasih,
Itulah Tok Ayah.

Jubah putih pakaiannya,
Burdah hitam membaluti pula,
Rida' hijau tersandang kemas,
Di bahu kanannya,
Butiran-butiran tasbih setia di jarinya,
Lidah Tok Ayah sentiasa basah,
Dengan asma'-asma' Allah,
Dan selawat sentiasa,
Jemarinya berlari tenang,
Membilang butir-butir tasbih,
Khudhu' di depan Allah,
Namun hatinya sentiasa hidup,
Dan segar dengan Allah Ta'ala,
Dia berdiam,
Sendirian,
Bersama Allah selalu,
Sembunyikan diri dan 'amal,
Dikaulah itu Tok Ayah.

Makanmu sedikit,
Sekadarnya saja buat mengisi perutmu,
Supaya tiada berat engkau dalm 'ibadahmu,
Zikirmu berterusan setiap waktunya,
Dan malammu,
Hidup dengan nur,
Di saat insan terlentang,
Dalam lena berdengkur,
Tok Ayah,
Sungguh engkau setia,
Di hadapan Allah,
Nasihatmu ibarat butiran,
Mutiara yang indah,
Buat menuntun hati,
Dan memimpin di jalanan ini.



Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Juma'at, 16 Muharram 1434 H = 30 November 2012 M,
Jam 8.25 malam,
Georgetown,
Pulau Pinang.

Wednesday 28 November 2012

HANYA KAU YANG SATU

Tiada awal tiada akhir,
Tiada anak tiada diperanak,
Engkau yang Satu,
Maha Tunggal tiada duanya.

Nama-nama-Mu yang agung,
Ya Allah Ta'ala,
Menyinari hari-hari kami,

Allahu Jalla Jalaluh.

Keimanan kami hanya pada-Mu,
Pada Yang Maha Esa,
Engkau tiada berjisim ya Allah,
Peliharalah 'aqidahku ya Allah.

Wahai yang Maha Tunggal,
Kami beriman pada-Mu yang satu,
Selamatkanku daripada syirik,
Dan orang yang Musyrik.

Hanya Kau yang satu,
Ya Allahu Jalla Jalaluh,
Ya Allahu ya Ahad,
Allahu Allah.




Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Khamis, 15 Muharram 1434 H = 29 November 2012 M,
Jam 10.12 pagi,
Georgetown,
Pulau Pinang.

TATKALA MERINDU

Tatkala ku dicengkam rindu,
Lalu ku mengingatimu,
Menyebut namamu,
Memandang akan namamu.

Meronta hati,
Ingin sekali melihatmu,
Hanya selawat ku lantunkan,

Buat mengubat kerinduanku.

Hanya itulah tanda,
Dan syifa' pada hatiku,
Selawat salam padamu Rasulku,
Adalah amal ibadahku.

Allah dan Malaaikah,
Sentiasa selawat salam atasmu,
Duhai pengubat jiwaku,
Di saat rindu bertamu.

Hati dicengkam jua,
Qasidah dan madah ku lagukan,
Ku tanamkan irama di hatiku,
Agar membenih dan subur di hatiku.

Setiap kekasih pasti tiada lekang,
Nama dan jiwa si kekasih setia,
Terbenam dalam di dalam jiwa,
Itulah hakikat orang berkasih.



Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Khamis, 15 Muharram 1434 H = 29 November 2012 M,
Jam 9.22 pagi,
Georgetown,
Pulau Pinang.

HADIRLAH DALAM MIMPIKU

Bismillahirrahmanirrahim,
Ya Rasulullah ya Rasulullah,
Ya khoiro kholqillah,
Izinkan ku menatapmu.

Engkaulah duhai Rasul,
Harapan dan tujuanku,
Melihatmu impian terbesarku,
Buat mengubat rindu.

Wajahmu dambaanku,
Hadirlah kasihku,
Ke dalam mimpi-mimpiku,
Kerna ku merindu.

Walau hanya sekali,
Syukurku pada Ilahi,
Namun hadirlah selalu,
Duhai cintaku.

Menatapmu tiada bosan,
Cahaya atas cahaya,
Susuk yang amat indah,
Ubatilah rinduku padamu.

Izinku menguntum senyum,
Padamu duhai Rasulku,
Pengubat jiwa itu,
Hadirlah hadirlah Rasulku.

Ku sedar diri hina ini,
Apakah layak menatapmu,
Hadirmu mengubati jiwaku,
Hadirlah dalam mimpiku Rasulullah.





Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Khamis, 15 Muharram 1434 H = 29 November 2012 M,
Jam 8.16 pagi,
Georgetown,
Pulau Pinang.
 

Syair SOHIBUR RIDA'


Wahai cahaya kecintaanku,
Wahai cahaya kecintaanku,
Kerinduan batinku,
Wahai Rasulku ya Sohibur Rida'.

Engkaulah Sohibur Rida',
Rida' hijau yang indah,
Disangkut di bahu muliamu,
Wahai Rasulullah kecintaanku.

Dengan rida'mu Rasulku,
Selesailah pertikaian hajarul aswad,
Dengan rida'mu menutupi kepalamu,
Wahai Rasulullah kasihilah daku.

Ya Allah kurniakanlah kami,
Taufiq dan istiqomah,
Menyandang rida' di jasad kami,
Sebagai ittiba'is sunnah ya Allah.

Jadikan rida' yang menutup kami,
Sebagai penutup keaiban kami,
Dari pandangan manusia dan makhluq,
Tutupilah rahsia kami ya Allah.

Rida' tanda cintaku,
Kerna ia pakaian kegemaranmu,
Wahai cahaya jalanku,
Wahai Rasulullah kecintaanku.





Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Khamis, 15 Muharram 1434 H = 29 November 2012 M,
Jam 8.03 pagi,
Georgetown,
Pulau Pinang.
 

Tuesday 27 November 2012

BERSATULAH WAHAI UMMAH


Wahai Muslimin,
Buanglah segala sengketamu,
Kuburkanlah pegangan bathil kalian,
Dan hati yang membara,
Atas musuh politik kalian,
Mereka sama Syahadah denganmu,
Lalu,
Bertaubatlah dan buanglah,
Sengketa dan bersatulah.

Penyatuan atas dasar Islam itulah senjata,
Dan kekuatan ummah ini,
Ibarat ikatan yang amat kukuh,
Lalu kita teguh membina kebangkitan,
Sungguh musuh itu,
Amat takut dan gerun dengan penyatuan Islam,
Itulah kekuatan sebenar kita,
Mereka tiada takut bokikot kau lakukan,
Mereka tiada takut demonstrasi kau lakukan,
Tapi mereka amat gentar bila Muslimin bersatu,
Bukankah kau sudah diingatkan wahai Muslimin,
Bersatulah atas tali ad-Din Allah,
Dan janganlah kalian berpecah belah.

Inilah zamannya,
Sudah Rasul kalian bersabda ribua tahun dulu,
Umat Islam ramai,
Namun ibarat buih di lautan,
Hebat jumlahnya lemah jiwanya,
Lemah kekuatan penyatuannya,
Buanglah demokrasi itu,
Sungguh ia memecahkan kalian menjadi puak,
Puak yang memusuhi sesama kalian,
Apa salahnya bersatu dan saling,
Memperbetulkan sesama kalian,
Kepartian itu suatu kebathilan,
Dan pembohongan zaman semata.

Jadilah ibarat rantai-rantai besi yang kuat,
Wahai saudaraku,
Kalian terguris dengan perbuatan celaka,
Musuh kita Yahudi la'natullah,
Lalu kempen boikot kau jalankan,
Berkesankah hal itu?,
Percayalah ia tidak memberi kesan pada mereka,
Bahkan hanya kecil saja,
Tapi jika kalian bersatu sebenar-benar keteguhan pasukan,
Dan ummah yang memahami,
Nescaya kalian akan kuat,
Wa'tashimu bihablillahi jami'an,
Wala tafarroqu,
Ingatlah itu duhai saudaraku,
Ingatlah juga,
Kafir itu takkan sesekali meredhai,
Islam dan Muslimin,
Tidak sampai qiamat,
Tidak,
Sedarlah itu saudaraku,
Sistem rekaan mereka bagi menghancurkan kita,
Bukan kebaikan buat kita,
Allahu Robbi,
Hanya hidayah Allah pada kalian,
Dan taufiq yang bertindak pada kalian,
Sedarlah wahai kalian,
Saudaraku Muslimin,
Bersatulah membina ummah yang teguh,
Bangunlah.





Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Rabu, 14 Muharram 1434 H = 28 November 2012 M,
Jam 7.55 pagi,
Georgetown,
Pulau Pinang.
 

Sunday 25 November 2012

Qasidah A'UZUBILLAH

Ketahuilah ya saudaraku,
Iblis itu penghulu kejahatan,
Syayathin itu tenteranya,
Mohonlah berlindung akannya.

A'uzubillahiminasy syaithonirrojim,
Kami mohon berlindung daripada,
Kejahatan syaitan la'natullah,

Amin ya Allah.

Selamatkanlah kami daripada fitnah,
Haripada hanyut dalam bisikan,
Makhluk yang dikutuk Allah,
Amin ya Allah.

Peliharalah kami dari tipuan,
Pagarilah kami dengan kalimah-Mu,
Benteng yang ampuh dengan asma'-Mu,
Amin ya Allah.

Tetapkanlah kami atas jalan-Mu,
Kukuhkanlah 'aqidah kami pada-Mu,
Lindungilah dari syirik padamu,
Amin ya Allah.

Terimalah ya Allah amalan kami,
Agar kukuh diri kami ini,
Dan kasih-Mu membentengi kami,
Amin ya Allah.

Jauhkanlah kami sifat Azazil,
Dan sifat syayathin pula,
Agar selamatlah kami ini,
Amin ya Allah.

Segala yang zahir dan batin,
Kami memohon ampunan-Mu jua,
Dari dunia hingga hitungan,
Amin ya Allah.

Kumpulkan kami bersama nabi-Mu,
Dan para auliya' ulama' syuhada',
Dan syafa'atul uzhma,
Amin ya Allah.



Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Ahad, 11 Muharram 1434 H = 25 November 2012 M,
Jam 10.30 malam,
Georgetown,
Pulau Pinang.

TUHANKU

Tuhanku,
Aku telah berdosa padamu,
Lalu bagaimana nak ku mengadu,
Akan nasibku.

Tuhanku,
Zahir batinku,
Telah terpalit,

Selut-dosa dosa.

Amaran azabmu,
Mencengkam jiwaku,
Menggentarkan daku,
Membakar jasadku.

Tuhanku,
Neraka-Mu itu,
Teramatlah azab,
Ku takut ya Allah.

Dosaku-dosaku,
Kian bertambah,
Sedang keta'atanku,
Tiada istiqomah.

Neraka-Mu menyambar wajahku,
Membakar jasadku,
Lantaran dosa-dosaku,
Ampunkanlah ya Allah.

Tuhanku,
Amal-amalku,
Mengharap redha-Mu semata,
Bukan Syurga-Mu.

Tiadalah diharapkan hamba,
Selain ampunan-Mu dan redha,
Kembali pada-Mu dalam suci,
Yang terampunkan dosa-dosanya....Amin.



Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Ahad, 11 Muharram 1434 H = 25 November 2012 M,
Jam 9.38 malam,
Georgetown,
Pulau Pinang.

Qasidah YA SANADI

Engkaulah maksud hidupku,
Sandaran dalam kehidupanku,
Menjadi tujuan jalanku,
Wahai Thohaa ya sanadi.

Kernamu maka diciptakan 'alam,
Dengan nurmu terhasil jagat raya,
Engkaulah cahaya segala sesuatu,

Sandaranku dunia ilal akhirah.

Ku datang dalam keadaan berdosa,
Takut dan gementar depan Robbi,
Lalu padamu ya Rasulullah ku bersandar,
Berharap kasihmu menyelamatkanku.

Ya sanadi ya Rasulullah,
Dengan keimanan padamu,
Dan cinta yang hakiki,
Padamu ku berpaut segalanya.

Dengan itu ya sanadi,
Syafa'atkanlah kami,
Lindungilah kami dengan kasih,
Pada kami umatmu ini.

Engkaulah tiang yang kukuh,
Dan cahaya lampu yang bersinar,
Engkaulah sandaran umat,
Setiap detik kehidupan.



Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Ahad, 11 Muharram 1434 H = 25 November 2012 M,
Jam 9.23 malam,
Georgetown,
Pulau Pinang.

Syair AYYUHAL MUDZAKKIRUN

Ainal mudzakkirun,
Ainal muhibbin,
Aina 'abdun,
Ya Muslimun.

Wahai penzikir,
Di mana tuju hatimu,
Perhatikan bagaimana hatimu,

Saat zikirmu menuju Ilahi.

Lidahmu berzikir ya mudzakkirun,
Tapi kemana hatimu,
Ya mudzakkirun,
Perhatikan hal itu.

Tanamkan zikir di maqam-maqamnya,
Hunjamkan mazmumah dengannya,
Menjadikanmu penzikir haqqi,
Menjadi hamba Robbi.

Ayyuhal mudzakkirun,
Ayyuhal mudzakkirun,
Allahummah fazhna ya mudzakkirun,
Allahumma amin.



Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Ahad, 11 Muharram 1434 H = 25 November 2012 M,
Jam 6.43 petang,
Georgetown,
Pulau Pinang.

Syair WAHAI HAMBA



Wahai si hamba yang berdosa,
Usahlah gusar dengan nasibmu,
Kerna Allah itu Maha Pengampun,
Bertaubatlah pada Allah akan dosamu.

Bukankah nama Allah Al-Ghoffar,
Pabila pendosa kembali pada-Nya,
Merintihlah di hadapan-Nya,

Dengan penyesalan yang sebenar.

Wahai hamba-Ku yang melampaui,
Batas atas dirinya sendiri,
Janganlah kau gusar,
Bukankah Allah mengampunkan dosa-dosa.

Bertaubatlah dan berdo'alah,
Nescaya engkau dikasihi Allah,
Janganlah takbur dalam hidupmu,
Kerna yang enggan itu takbur.

Bangkitlah dirimu di malam,
Yang sunyi menghadap Pencipta,
Luahkanlah rintihanmu duhai hamba,
Yaqinlah akan taubatmu hamba.

Astaghfirullahal 'azhim...astaghfirullahal 'azhim.

Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Ahad, 11 Muharram 1434 H = 25 November 2012 M,
Jam 6.23 petang,
Georgetown,
Pulau Pinang.

Syair LIMPAHAN SELAWAT ATASMU



Ya Robbi sholli 'alan Nabiyyal Mukhtar,
Sampaikanlah selawat salam kami atasnya,
Curahan atas pencinta Haramain,
Itulah ayahnya Fathimah Az-Zahra'.

Tiap masa salam bergema atasmu,
Tiada putus di mana jua ya Abaz Zahra',
Wasilah kasih kami padamu,

Dalam do'a disertakan namamu.

Ya Robbi sholli 'alan Nabi,
Al-Habibul Musthofa,
Ash-sholawatan da'iman,
Minal Fajr ilal Maghrib.

Bila disebut namamu,
Hati itu bercahaya,
Barangsiapa malas selawat,
Dialah sombong pada Tuhan-Nya.

Inilah wasilah bukti cinta,
Mencapai cinta yang hakiki,
Pada junjungan termulia,
Agar dirahmati Ilahi.

Ya Allah Ya Robbana,
Sedarkan kami dari lupa,
Dari selawat ke atas Rasul-Mu,
Dalam jaga dan kembara.

Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Ahad, 11 Muharram 1434 H = 25 November 2012 M,
Jam 5.54 petang,
Georgetown,
Pulau Pinang.

DARAH RASULULLAH DI THOIF

Ingatkah kau bilamana Rasulullah berdukacita,
Lalu membawa diri baginda ke Thoif,
Menempuhi jalanan pasir dan batuan yang sukar,
Sungguh dukacitalah Baginda Rasulullah.

Kalam mulia Rasul menyeru hikmah itu,
Akan penduduk Thoif yang tiada beriman,
Diejek akan Baginda Rasul tiada mengira,

Dan kanak-kanak yang menghinakan.

Kata nista berhambur atas Rasul junjungan,
Kanak-kanak melempar batu yang tajam,
Melukai akan jasad Rasul yang mulia,
Menitiskan darah mulia itu di bumi Thoif.

Wahai Muslimin,
Tidakkah mengalir air matamu mengenangkan itu,
Tidak menggelegak kolam hatimu mengingatkan itu,
Saat darah mulia yang tercinta menitis di tanah tiada bertauhid.

Tidakkah kau menangis bila kau kenangkan,
Seorang Rasul cahaya 'alam,
Diperlakukan begitu oleh tiada tahunya,
Maka atas apa sandaran cintamu wahai Muslimin.

Rasulullah menahan kesakitan di atas luka yang berdarah,
Tidakkah kita merasakan akan rasa sakit itu,
Lalu dengan apakah sandaran cintamu insan,
Jika tiada terkesan oleh perasaan Nabimu.

Tatkala tumpah darah mulia sang Rasul,
Hadirlah Sayyidina Jibril 'alaihissalam ke hadhrat Baginda,
Memohonkan keizinan Baginda membalas perbuatan mereka,
Namun Rasulullah yang amat penyabar melarangnya.

Mereka itu tiada mengetahui,
Kerna mungkin generasi slepasnya akan beriman,
Lihatlah bagaimana Rasulullah cahaya 'alam,
Utusan untuk mentauhidkan agama Allah.

Wahai insan yang ramai,
Rasailah bagaimana Rasul menahan kesakitan,
Di tanah Thoif itu,
Masukkanlah ia ke dalam hatimu rasa itu.

Pasti bergenang air matamu mengenangkan,
Apa yang menimpa Rasulullah yang tercinta,
Terluka tubuh makhluk termulia,
Di tanah tandus yang kering jua.

Wahai para pencinta sekalian,
Pastilah pencinta yang benar itu pantang bila kekasih hatinya dilukai,
Lalu bagaimana agaknya kita semua wahai Muslimin,
Moga Rasulullah sentiasa di dalam hati Muslimin dengan ikhlas dan tulusnya.

Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Ahad, 11 Muharram 1434 H = 25 November 2012 M,
Jam 5.30 petang,
Georgetown,
Pulau Pinang.

MENADAH MADU CINTA WALI

Insan yang mulia di sisi Allah itu,
Berdiam tiada membangga,
Ilmunya bercahaya di hati,
Wajahnya bersinar indah dengan nur,
Senyumannya penyejuk penawar hati,
Pandangannya menitiskan kasih Ilahi,
Sentuhannya mengalirkan ubat jiwa,
Lidahnya diam hatinya hidup,

Dengan nama Allah yang selalu berdegup,
Malamnya terang dengan qiyam,
Bercahaya waktunya dengan zikrullah,
Yang tiada putus walau sedetik,
Sentiasa rukuk dan sujud,
Itulah kekasih Allah yang mulia,
Dialah Waliyullah yang tercinta.

Inginku bersimpuh di kakimu,
Mengucup tabarruk akan jasadmu,
Wahai Waliyullah,
Ku ingin menadah titisan-titisan madu cintamu,
Meneguk dan menelan kalam bicaramu,
Agar terubat hatiku dengan barokahmu ya Waliyullah,
Menatap wajahmu sahaja,
Cukup buat membangunkan hati yang lalai ini,
Kerna orang yang soleh itu,
Pabila dipandang wajahnya itu,
Kan mengingatkanmu pada Allah Azzawajalla.

Izinkan ku duduk di kakimu,
Mohonku usapilah wajah dan rambutku,
Agar denganmu ku jadikan saksi,
Di hari kebangkitan yang pasti,
Titisan madu dari kalammu ku dambakan,
Ya Waliyullah,
Pimpinlah tanganku ini,
Menuju jalan Tuhan,
Tatkala aku berjalan dalam kegelapan,
Dan suram cahaya jalanan,
Sambarlah tanganku,
Lalu bawalah aku berjalan di sisimu,
Menabur khidmat buatmu duhai Waliyullah,
Cucilah tanganmu di dalam gelas,
Untuk ku minum air itu,
Wahai Waliyullah.

Tuangkanlah ke dalam hatiku yang kotor ini,
Akan air dan syifa' darimu kemuliaanmu,
Agar terubat hatiku dari zhulmah,
Dan lurus perjalananku mengenal Tuhanku,
Istiqomah akan diriku atas jalan itu,
Duhai Waliyullah,
Bawalah aku kepada cahaya,
Makrifatkanlah aku pada Nur 'alan Nur,
Ku tahu tiada layak diriku ini,
Berdamping di sisimu ya Waliyullah,
Barokah darimu ku tawassul,
Agar dengan kasih cintamu,
Semoga diriku mendapat kasih cinta,
Allah dan Rasul-Nya yang tercinta.

Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Ahad, 11 Muharram 1434 H = 25 November 2012 M,
Jam 4.30 petang,
Georgetown,
Pulau Pinang.

Saturday 24 November 2012

Syair YA YA QUTHUBUZZAMAN AL-IDRUS

Assalamu'alaika ya Waliyullah,
Salamun salamun ya Quthubuz Zaman,
Salamun salamun ya Habibullah,
Ya jabal fi wilayati Taranjanu.

Ya ya Quthubuz Zaman,
Ya Sayyidi ya Waliyullah,
Uhibbuka ya Waliyullah,

Ya Sayyid 'Abdul Rahman Al-Idrus.

Rahmat Allah atasmu,
Ya Waliyullah Quthubuz Zaman,
Kasih cintaku ya Waliyullah,
Ya ya Quthubuz Zaman.

Ya Sayyidi Al-Habib Al-Idrus,
Ya Ahlul Baitil Musthofa Ath-Thuhuri,
Ya nur fil Masyrik,
Tawassalna bijahil Waliyullah.

Ya ya Quthubuz Zaman,
Izinkan ku menyintaimu ya Waliyullah,
Agar bersambung kasih pada moyangmu Rasulullah,
Bermohon syafa'at pada Rasulullah.

Tawassalna ya Allah,
Bijahi Sayyidi 'Abdul Rahman Al-Idrus,
Amin Amin Amin ya Allah,
Taqobbal minna du'a ana ya Allah.

Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Ahad, 11 Muharram 1434 H = 25 November 2012 M,
Jam 2.00 petang,
Georgetown,
Pulau Pinang.

SEPUTIH KAFAN SALJU

Diri ini terpalit dosa-dosa semalam,
Hari dilalui terus berselaput dosa,
Walau sebesar debu jalanan,
Tiada terelak jua di sini.

Berbekaslah hatiku dengan selut najis,
Terkapai di lopak ragu,
Terbuai dengan indahnya maksiat,

Membekulah hati daripada hidayah.

Kotoran hati terus membesar,
Jasad jua terbias kotoran,
Disumbat syubhat yang haram,
Lalu bagaimanakah ku di sisi-Mu Tuhan.

Apakah lahad tiada meggentarkanku,
Apakah azab tiada mengajariku,
Oh Tuhan,
Bagaimanakah aku.

Namun Engkau Maha Pengampun,
Jasad hitam pendosa ini,
Hati beracun yang membusuk ini,
Lautan taubat itu menghakis kotoran.

Tiada dipohonkan,
Melainkan pada-Mu ya Ghoffar,
Agar hati hitam ini bersih,
Dan jasad hina ini disucikan.

Agar suci seperti azali,
Ku yakin dengan sifat pengampunan-Mu Tuhan,
Jadikan aku seputih kafan membaluti,
Dan salju yang membasahi.

Tiada selamat kembali pada-Mu,
Jika kafanku hitam berdosa,
Azab jualah bayaran perbuatan,
Ekoran jalanan hidup di dunia.

Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Ahad, 11 Muharram 1434 H = 25 November 2012 M,
Jam 11.11 pagi,
Georgetown,
Pulau Pinang.

SUBHANALLAH

Di mana-mana ada tanda ciptaan,
Bukti maujud Allah Ta'ala,
Perhatikanlah semua itu wahai insan,
Ucapkanlah Subhanallah.

Bertasbihlah saat ditatapi,
Setiap keindahan ciptaan-Nya,
Berfikirlah tentang kejadian 'alam,

Jangan difikirkan akan Zat-Nya.

Memujilah wahai hamba,
Memerhatilah kelilingmu,
Setiap tanda yang ada,
Ucapkanlah Subhanallah.

Tanda keagungan Robbmu di mana-mana,
Terbentang 'alam seluas buana,
Dalil kewujudan wahai manusia,
Mengertilah akan hal itu.

Kalimah tasbih yang memenuhi,
Seluas langit dan bumi,
Bertasbihlah pada Tuhanmu ya hamba,
Ucapkanlah Subhanallah.

Di mana saja beradamu,
Letakkan di hatimu,
Akan Dia Maha Agung,
Subhanallah.

Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Ahad, 11 Muharram 1434 H = 25 November 2012 M,
Jam 10.29 pagi,
Georgetown,
Pulau Pinang.

DO'AKAN LANGKAH PEJUANG

Andai seruan itu bergema,
Bersahutlah semua,
Bersiap jua ke sana,
Bersama Muslimin bersama.

Andai ku melangkah,
Do'akan duhai temanku,
Kejap langkahku,

Cekal hatiku.

Andai gugurku di sana,
Tatkala darahku bersimbah,
Medan yang berdarah,
Redhalah duhai temanku.

Qadha' dan Qadar,
Dialah Maha penentu segala,
Syahid impianku,
Do'a dan redhailah jalanku duhai teman.

Usah kau ratapi pemergianku,
Yang takkan kembali bernyawa,
Usah kau lakukan hal itu,
Dilang dalam agama.

Do'akanlah duhai temanku,
Buat semua pejuang jihad,
Agar suci nuraninya menghadap,
Tertuntun dengan taubat.

Andai gugur jua di sana,
Jasad itu digadaikan,
Demi sebuah perjuangan,
Menegakkan dan membela yang haq.




Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Ahad, 11 Muharram 1434 H = 25 November 2012 M,
Jam 10.20 pagi,
Georgetown,
Pulau Pinang.

PENYAMAR YANG BERJUBAH

Aduhai manusia Muslim,
Kita semakin meghampiri janji-Nya,
Kan tiba suatu saat fitnah yang hebat,

Dan ujian teruk zaman,
Telah berpesanlah para Anbiya' dulu,
Akan fitnah ketakutan ummat ini,
Akan makhluk durjana,
Yang licik menyamar.

Si musuh berselindung sebalik jubah,
Dan pakaian ulama',
Memerintah Al-Haramain,
Dengan cengkaman Sa'ud,
Di sebalik diam yang bisu,
Dan senyuman yang beracun,
Di sebalik jubah-jubah itu,
Tersimpan rahsia mereka,
Wajah sebenar pengkhianat,
Berupa Muslim berhati Yahudi,
Itulah hakikatmu duhai celaka,
Namun tersingkap di setengah mata,
Mereka bersama si musuh durjana,
Makhluk cubaan akhir zaman itu.

Tertipu Muslim dengan lakonan,
Dan kalam yang berkonon,
Sebagai pembela di landasan,
Usahlah lagi menutupi dirimu sebenar,
Duhai pengkhianat,
Kalianlah musuh dalam diam,
Yang mengaburi mata Muslimin,
Altar takhta telah kau sediakan,
Laluan telah kau hamparkan,
Hinggakan rumah Al-Musthofa kau robohkan,
Maqam Al-Mujtaba ingin kau hancurkan,
Kerna kau memang memusuhinya,
Takhta kau sediakan,
Buat si durjana Al-Masih si syaitan itu,
Kerna dalam dirimu ada keYahudian,
Hakikat sebenar yang terlindungi.

Terungkap rahsiamu di mata,
Mereka yang celik pedoman,
Apakah kau perbuat?,
Di tanah haram itu,
Menghilangkan jejak Nabiku Rasulullah?,
Untuk hilangkan Rasulullah dari hati Muslimin?,
Tanah haram kau ratakan,
Segala warisan rasul kau hancurkan,
Masjidil Haram kau tutupi walau sebiji pasir,
Tiada dapat dipijak dengan kaki tiada beralas lagi,
Masjidil Haram kau kaburkan,
Membina takhta si durjana pula,
Dajjal memujimu anak buah kesayangannya,
Sungguh celakalah bagi mereka yang tiada mengerti,
Akan hakikat yang berjalan ini,
Duhai musuh yang dilaknat,
Kau hanya bermimpi,
Kau membina laluan ketuamu si laknat itu,
Bersedialah engkau,
Disembelih oleh Muslimin,
Kebangkitan ini pasti,
Pasukan panji itu pasti,
Kan dijulang kalimah Thoyyibah,
Kan bergema Takbir Tahmid.

Kehancuran Islam di zaman ini,
Zaman fitnah yang akhir,
Di tangan 'Islam' jua,
Kalam pembohonganmu di medan kalam,
Konon pembela yang menjadi hero,
Di sebalik jubahmu tersemat rupa sebenarmu,
Duhai Muslimin,
Usahlah terus bermimpi,
Dan ditambat dengan tali penyamaran lagi,
Bukalah matamu,
Kenalilah siapa musuh sebenarmu,
'Kafirin' yang bersembunyi,
Anak didik bermata satu yang nyata,
Bersembunyi di sebalik rupa dan harta,
Apakah tanah haram tiada kan dijejaki?,
Atau hanyakah kaburan yang tiada dimengerti?,
Mereka menyediakan tempat dan masa,
Ketua durjana bakal tiba,
Ketua mereka yang menyamar semata,
Pasti,
Pedang-pedang tajam,
Memenggal lehermu wahai celaka,
Janji itu pasti,
Derapan berapi itu pasti,
Kan berterbangan debu di tanah ini,
Pasukan pembela yang sekian dinanti.






Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Ahad, 11 Muharram 1434 H = 25 November 2012 M,
Jam 9.56 pagi,
Georgetown,
Pulau Pinang.

YA HUSSAIN


Ya Hussain Ya Hussain,
Ya syahid fil Karbala',
Ya syababal Jannah,
Wahai permata hati Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam,
Engkau sangat dicintai Datukmu,
Bersama saudaramu Hassan,
Penghulu pemuda-pemuda di Syurga,
Ya Hussain,
Kasihku padamu duhai kecintaan Nabiku,
Kentalmu meneruskan perjuanganmu,
Membela Muslimin,
Membela Ahlul Bait saudara-saudaramu,
Merekalah permata hati kami Ya Hussain.

Jalur khilafah itu kau lalui,

Musuh durjana tiada kau geruni,
Ya Hussain ya qurrotul 'aini,
Medan Karbala' itu,
Saksi haq dan bathil,
Si munafiq dan Yahudi,
Membantai para Ahlul Baitin Nabi,
Juangnya para Ahlul Bait tercinta di sisimu,
Amat sengit kau hadapi musuh-musuhmu Ya Hussain,
Mereka pengkhianat yang durjana,
Ingin menghilangkan jejak Ahlul Bait di bumi ini,
Ya Hussain,
Ketentuan Allah tiada siapa memintasnya.

Gerincing besi pedang dan tombak,

Medan Karbala' yang bersaksi,
Panah menembusi jasadmu yang mulia,
Lalu,
Engkau rebah di medan Karbala',
Darah muliamu bersimbah ke bumi Karbala',
Di sisi-Nya engkau kembali pada-Nya,
Sebagai syahid ilallah,
Ya Hussain.

Si durjana memancung kepalamu yang mulia,

Oleh 'Abdullah bin Saba' yang celaka,
Tiada sanggup kami ingatinya,
Gelodak jiwa kami menangis kenangkannya,
Ya Hussain,
Pedang Dzulfaqar di genggamanmu yang mulia,
Si durjana memisahkan kepalamu dengan jasadmu,
Lalu menjulang kepalamu di hujung tombak,
Kudamu bersedih melihat keadaannmu,
Tiada keruan menghadap Ahlul Baitmu ya Hussain,
Tangisan Ruqayya, Sukaina dan sekalian Ahlul Bait,
Yang selamat di dalam khemah,
Dan air mata kesedihan dalam redha anakandamu,
'Ali Zainal 'Abidin yang kegeringan,
Ya Hussain.

Semakin berlalu masa itu,

Dirimu semakin dilupakan zaman,
Ahlul Bait semakin dihilangkan dari ramai,
Ya Hussain,
Kami mencintaimu dan Ahlul Bait yang suci,
Dan,
Perjuanganmu menegakkan haq meruntuhkan bathil,
Darahmu tumpah jua di Karbala',
Darah cucu kecintaan Baginda Rasul,
Ya Hussain,
Kami bangkit,
Kami akan bangkit membelamu duhai kecintaanku,
Kan kami gempur keturunan pembunuhmu,
Ya Hussain,
Dalam pasukan berkuda kan kami gempur,
Musuh-musuhmu ya Hussain,
Biarlah darah kami bersimbah membelamu,
Biarlah tubuh kami dicincang demi membelamu,
Kepala musuh kan kami julang di tombak,
Kan kami pisahkan dari jasad-jasad mereka ya Hussain,
Diperlakukan sedemikian padamu,
Sedemikian pada Ahlul Baitil Musthofa,
Biarlah darah dan daging kami,
Hancur di medan membela keturunanmu ya Hussain,
Medan jihad yang dirindui iu,
Sehebat Karbala',
Bahkan lebih teruk,
Kan kami membela ya Ahlul Bait.

Kami serahkan jasad kami ditusuk,

Dipanah musuh-musuhmua ya Hussain,
Mereka yang berthoyalisah kan kami penggalkan,
Saksikanlah ya Rasulullah,
Saksikanlah,
Dengan kemuliaanmu kami bertawassul,
Saksikanlah,
Kami akan bangkit membela Ithrahmu ya Rasulku,
Berkatilah kami dengan barokahmu ya Rasul,
Biar tegak bumi ini dengan kalimah-Mu,
Dengan nama junjungan-Mu yang termulia ya Allah,
Dengan kemuliaan Ahlul Bait.

Ya Hussain,

Saksikanlah kami bangkit di zaman ini,
Berkatilah kami ya Hussain,
Semangatmu kami bekali,
Ke medan pembelaanmu duhai kecintaan Rasul,
Demi Allah,
Barisan tentera kami menggempur musuh,
Dengan kekuatan dan kecintaan ya Ahlul Bait,
Allahuakbar....Allahuakbar,
Allahuakbar...Allahuakbar.




Karangan oleh:

PEDANG TIMUR BERKELANA,
Sabtu, 10 Muharram 1434 H = 24 November 2012 M,
Jam 7.10 malam,
Georgetown,
Pulau Pinang.
 

Friday 23 November 2012

TANAH KESUNYIAN

Ku jejaki tanah kesunyian,
Yang sunyi dari kehidupan dunia,
Yang kacau dan pesona,
Di sini insan-insan bersemadi,
Dalam diam tanah yang kering,
Bertemankan binatang dan ulat,
Sepi,
Sendirian jua sendiri,

Bahagiakah atau celakakah,
Tiada yang ketahui.

Tanah kesunyian ini,
Bersemadi pelbagai darjat,
Mulia nan tiada,
Yang menjejaki tanah itu,
Moga insaf jua kedapatan,
Di atas tandus pasiran,
Dan nesan memacak kuburan,
Tanda si semadi.

Ku ziarahi tanah itu,
Agar hatiku tiada lena dalam layu,
Agar ia ingat,
Ke sinilah tempatku wahai diri,
Ku ziarahi maqam auliya',
Kerna bersemadi kekasih cinta Allah,
Yang bercahaya di dalam bahagia,
Di kuburnya yang mewangi,
Yang diziarahi itu 'hidup',
Yang menziarahi ini pula 'mati'.

Tanah kesunyian ini,
Semadi sekalian manusia,
Hanya sendiri tanpa harta,
Dan penghibur hati yang suka,
Sesunyi kuburan,
Itulah sesunyi tanah ini,
Kan kembali sekelian kita,
Ke tanah ini,
Tika hidup berziarah,
Kan tiba kita pula diziarah.

Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Sabtu, 10 Muharram 1434 H = 24 November 2012 M,
Jam 3.40 petang,
Georgetown,
Pulau Pinang.

JUANGMU PATTANI

Di tanah itu,
Suatu wilayah berdaulat dulunya,
Tanah Langkasuka,

Kini engkau ibarat tiada nilai,
Namun sebenarnya engkau bernilai,
Pattani,
Bumimu kini bersimbah peluru dan darah,
Berhujan fitnah dan mihnah,
Insan-insan di tanahmu itu,
Terseksa dalam juang,
Pasrah dalam kesakitan,
Berdepan kafirin di bumi dewa-dewa.

Pattani,
Ku tahu engkau gagah dan tiada lelah,
Saban saat yang kau lalui,
Di dalam takdir kehidupan ini,
Bermalammu dalam takut,
Berpagimu dalam kehilangan,
Darah sudah biasa di bumimu,
Darah yang tumpah dari jasad pejuang,
Yang hadapkan jasad,
Buat membenteng hujahan musuh laknat,
Kini,
Episod-episod duka terus menghantuimu,
Apakah ini,
Sampai bilakah musibah ini,
Di bumi musuh Islam,
Memang penuh duri-duri dendam,
Dan debu-debu hasad,
Yang tak kesudahan.

Pattani,
Doaku sentiasa bersamamu,
Dalam semangat juangmu,
Tiada erti lelah,
Dan tangis dalam juang,
Tiada sesekali,
Ku tahu engkau tabah,
Engkau jua bumi para ulama',
Engkaulah bumi para penuntut 'ilmu,
Pattani,
Juangmu membakar hati-hati yang tunduk,
Bangun dalam diam berjuang dalam iman,
Jiranmu Narathiwat dan Tak Bai,
Musibah sepertimu jua,
Syahidlah wahai saudaraku,
Daripada tumbangmu menjadi pengecut.

Yakinlah,
Allah sentiasa bersamamu,
Bantuan Allah kan tiba padamu,
Namun hendaklah engkau murni atas imanmu,
Sucikanlah dirimu daripada dosa berbelitan,
Yang membaluti jasad-jasad wargamu,
Justeru itu,
InsyaAllah,
Kan tiba bantuan dan kekuatan dari Allah,
Jika hanyut wargamu dalam maksiat walau berjuang,
Khuatirku juangmu tiada nilainya,
Khuatirku murka Allah bersama,
Sungguh ia musibah buatmu,
Insafilah petanda diberi Tuhan,
Tentu ada sebab begini jadinya dirmu,
Wahai Pattani,
Bangkitlah sekuatnya,
Dan menyatu sebagai suatu yang kukuh,
Dalam barisan yang tak terjatuh,
Dek peluru dan batalion,
Musuh yang durjana,
Bangkitlah duhai Pattani,
Bangkitlah,
Dengan barokah ulama'mu,
Dengan barokah pejuangmu,
Dengan semangat jihad yang jitu,
Lawanlah,
Jika tumbangmu,
Sebagai syahid jua,
Jangan sekali kau berdiam daripada berjuang Pattaniku,
Do'a kami bersamamu,
Untuk mujahidmu,
Untukmu Pattani,
Semoga Allah kurniakan padamu ketabahan,
Dan kekuatan jihad yang kental.





Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Sabtu, 10 Muharram 1434 H = 23 November 2012 M,
Jam 11.00 malam,
Pulau Pinang.

Syair MARILAH BERSELAWAT




Allahumma sholli 'ala Sayyidina Muhammadin wa 'ala aali Sayyidina Muhammad,
Wahai Muslimin Muslimah Mu'minin Mu'minah,
Sebanyak yang bertaburan di dunia,

Marilah berselawat ke atas Al-Musthofa shollallah 'alaihi wasallam.

*
Allahumma sholli 'ala Muhammad ya Robbi sholli 'alaihi wasallim.

*

Wahai engkau semua yang beriman,
Kepada Allah dan Rasul-Nya tercinta,
Tuluskanlah cintamu pada Nabi Muhammad,
Sebanyak-banyaknya siang dan malam.

*
Allahumma sholli 'ala Muhammad ya Robbi sholli 'alaihi wasallim.

*

Ucapkanlah selawat salam atas Baginda,
Sebanyak-banyak pasiran di pantai,
Sebanyak-banyak kicauan burung di udara,
Itulah tanda kecintaan padanya.

*

Allahumma sholli 'ala Muhammad ya Robbi sholli 'alaihi wasallim.

*

Marilah bersama berselawat jua,
Ucapkanlah selawat cinta dan jazamkan ia,
Rahmat Allah atasmu yang berselawat,
Sekali selawat terbalas sepuluh rahmat-Nya.

*

Allahumma sholli 'ala Muhammad ya Robbi sholli 'alaihi wasallim.

*

Ucapan selawatmu sampai ke hadhrat Baginda,
Dijawab salammu oleh Baginda,
Wahai saudaraku semua,
Marilah kita berselawat ke atas Baginda.

*

Allahumma sholli 'ala Muhammad ya Robbi sholli 'alaihi wasallim.

*

Biar nama mulia Al-Musthofa sentiasa di dalam hati,
Hidup dan berdeguplah duhai jantung dengan kemuliaannya,
Akan kemuliaan Sayyidina Muhammad,
Dari dunia hingga akhirat.

*

Allahumma sholli 'ala Muhammad ya Robbi sholli 'alaihi wasallim.

*

Kami mengharapkan kasih cintanya itu,
Moga kami menjadi pula orang yang mukhlisin,
Dalam mencintai Baginda Rasulullah,
Lalu maka benarlah iman kami itu.

*

Allahumma sholli 'ala Muhammad ya Robbi sholli 'alaihi wasallim.


*

Bahawa Allah Ta'ala dan para malaikat-Nya,
Berselawat atas junjungan kita termulia,
Wahai kalian ya Muslimun,
Sholatullahi wasalamuhu 'alan Nabiyyil Musthofa.

*

Allahumma sholli 'ala Muhammad ya Robbi sholli 'alaihi wasallim.








Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Sabtu, 10 Muharram 1434 H = 23 November 2012 M,
Jam 7.11 malam,
Pulau Pinang.

Wednesday 21 November 2012

BANGSAKU MELAYU

Bangsaku Melayu,
Kita di zaman mencabar,
Yang menggigit jiwa kental,
Dan merenggut semangat juang,
Lalu,
Kita lemah dalam buaian mimpi,
Dan angan-angan yang tak sudah.

Bangsaku,
Sedar dan bangkitlah,
Keluarkan semangat rahsiamu,
Dan jiwa sebenar insan,
Yang bergelar Melayu,
Buat membela,
Dan mengambil semula hak kita,
Di Tanah Meelayu tercinta,
Kembalikan maruah dan harga kita,
Yang dicalar dengan kilauan,
Habuan dunia yang tak kesudahan.

Bangsaku,
Sekian lama kita terpinggir,
Di tanahair sendiri,
Hak kita dikaut,
Di depan mata sendiri,
Namun,
Kita tidak mampu,
Pertahan dan rampas kembali,
Kerna wang dan darjat harta,
Menjadi,
Kuasa baru di zaman ini.

Kembalilah menjadi,
Tuan tanah berdaulat ini,
Buktikan kita bukan pemalas,
Kita bukan pemalas bantuan,
Tapi kita bangsa terbilang,
Kitalah penakluk dunia,
Suatu masa dahulu,
Kan kita genggam Tanah Melayu ini,
Sebenar-benar hak kita.

Kan kita muncul sebagai,
Bangsa terbilang kembali,
Menjadi tuan tanah sendiri,
Bangsa pendatang itu orang luar,
Jangan kita ditambat dek itu,
Jangan kita menjadi lemah,
Sebab kitalah tuan di tanah ini.

Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Sabtu, 10 November 2012 M,
Jam 10.33 malam,
Setiu,
Terengganu Darul Iman.

RENYAI HUJAN


Renyai-renyai hujan,
Yang turun membasahi,
Bumi yang hijau tandus,
Hujan yang turun adalah rahmat dari-Nya.

Titisan-titisan halus,
Membentuk aliran yang bertalu,
Membawa bersama kotoran,

Dan debu-debu jalanan.

Saban tahun yang berlalu,
Pabila musim tengkujuh,
Dengan bah yang mendatang,
Mengimbau kenangan silam.

Dulu,
Seronok jiwa dirasakan,
Penghujung tahun yang tiba,
Disambut riang di jalanan.

Renyai-renyai itu,
Membawaku ke masa lalu,
Musim begini,
Penoreh getah dan pesawah,
Dan mereka yang bergantung,
Kepada cuaca yang baik.

Rezeki harian mereka tersangkut,
Namun pasrah jua,
Kerna itulah lumrah alam,
Ketentuan Allah Yang Maha Esa.

Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Sabtu, 10 November 2012 M,
Jam 10.04 malam,
Setiu,
Terengganu Darul Iman.

OMBAK JIWA


Deruan angin dingin itu,
Membawa bersama wap lautan,
Ke daratan yang menghijau,
Menyapa wajah kesunyian,
Membelai tubuh kedinginan,
Dalam sebak rindu bertamu,
Di kala,
Nyanyian sayu si camar,

Yang terbang bebas di udara.

Ombak-ombak membadai,
Membelai gigi-gigi air,
Membawa sinar baru,
Lalu membawa pergi pula,
Buih-buih kehidupan,
Bersaksikan tempoh masa,
Dan saksi bisu di pantai,
Ranting-ranting hanya mampu melihat,
Dan mengangguk dalam kesepian.

Namun,
Jiwa pemuda bangsa,
Yang berdegar dalam semangat,
Darah panas yang menggelegak,
Saat maruah bangsa diinjak-injak,
Kakinya kejap berpasak di pasiran,
Pantai yang mulus namun perahsia,
Si pemuda bangsa,
Bangga dalam perjuangan,
Apakah segah dan sekuat,
Tunjang rhu yang menemani,
Tebingan pasir yang kian rebis.

Ku takut,
Ombak itu membadai pegangan,
Dan menghakis keyakinan dan semangat,
Lalu,
Runtuh dalam diam,
Sebagaimana rebisnya tebingan pantai.

Ku risau,
Deruan angin yang setia itu,
Mengikis semangat juangnya,
Dan menipiskan kentalnya,
Ibarat hembusan bayu,
Yang dingin tapi kuat,
Membawa bersama debuan,
Dan pepasir halus ke daratan,
Menghakis pantai yang indah,
Ku takut,
Sedingin itu nantinya jiwa,
Anak muda pejuang itu,
Darah yang panas tercabar,
Kan dingin sesejuk angin,
Hanyut dan terbuai,
Dalam hembusan dan belaian,
Yang membelai jiwanya.

Ayuhlah,
Duhai pemuda bangsaku,
Kejapkanlah tembok itu,
Tembok kekuatan dirimu,
Dan tebingan kebalmu,
Agar pemusnah jiwa anak muda,
Tiada kan bisa ditembusi,
Oleh semilir dan bayu,
Yang lembut tapi memusnahkan,
Jadilah engkau seteguh,
Tunjang-tunjang yang memasak pantai,
Yang rendang dan sayup melangit,
Tiada goyah dengan ancaman,
Begitulah jiwamu anak bangsaku,
Kita tiada lemah apalagi pemalas.

Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Sabtu, 10 November 2012 M,
Jam 1.15 pagi,
Setiu,
Terengganu Darul Iman.

SYEIKH PULAU MANIS



Ya auliya' Allahus Solihin,
Kami menziarahimu,
Kerna kasih dan cinta,
Dan menumpang teduh barokahmu.

Ya auliya' Allah,
Kami bertawassul padamu,
Ke hadhrat Allah kami memohon,

Agar menjadi pencinta sejati.

Akan Baginda Nabi,
Dan Ahlul Baitin Nabi,
Dengan itu ya Allah,
Dengarlah do'a dan rintihan ini.

Ya Syeikh 'Abdul Malik bin 'Abdullah,
Kami memohon pada Allah,
Agar rahmat dan cinta,
Ke atasmu sentiasa ilal akhirah.

Tawassulku di Sayyidil Imam,
Ya Syeikh 'Abdul Malik,
Ya Allahu Ya Allah,
Qabulkanlah hajat kami.

Agar hati ini hidup dalam cinta,
Dan tenggelam dalam kasih,
Bersama para auliya',
Kekasih-Mu yang mulia.

Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Rabu, 7 November 2012 M,
Jam 1.00 petang,
di sisi maqam Tok Syeikh Pulau Manis,
Kampung Pulau Manis,
Kuala Terengganu,
Terengganu Darul Iman.

ZIARAHKU PADAMU TOKKU PALOH


Hari ini,
Dalam renyai hujan,
Ku menziarahi maqam auliya',
Menghubung silaturrahim,
Dengan kekasih Allah yang mulia.

Ya Sayyidinal Imam,

Di maqammu ku berdiri,
Mengalunkan Al-Fatihah,
Buat moyangmu yang termulia,
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam yang tercinta,
Juga buatmu wahai wali Allah,
Yang sangat mulia kedudukannya,
Sebak saat ku menatap maqammu.

Di saat ku alunkan,

Qasidah Salamullah Ya Sadah Minar Rohmani Yaghsyakum,
Akan tertib ziarah maqam auliya',
Berdiri insan kerdil nan hina ini,
Di sisi maqammu yang mulia,
Denganmu ku bertawassul,
Mengharap berkah dan rahmah,
Agar insan kerdil hina ini,
Diampunkan dosa-dosanya.

Ya auliya' Allah,

Wahai Tokku Paloh,
Yang indah namamu,
Sejarah Darul Iman ini,
Mekar subur dengan namamu,
Wahai wali llah yang dikasihi.

Ku ziarah maqammu,

Di situ ada cinta,
Di situ ada rindu,
Di situ ada kehidupan,
Kerna wali Allah itu,
Hakikatnya hidup walau,
Jasad mulianya tiada lagi bernyawa.

Di sisi ku ungkapkan cinta,

Selawat salam pada moyangmu,
Ku alunkan seindah cara,
Agar hati dan nuraniku,
Tertusuk dan dibenamkan rasa rindu,
Pada junjungan Al-Musthofa,
Dan Ahlul Baitil Musthofa Ath-Thuhuri,
Agar dengan cinta tulus padamu,
Menjadi wasilah kasih Tuhanku.

Ya waliyullah,

Ya Tokku Paloh,
Namamu ku sebut dalam do'aku,
Tawassulku dengan namamu yang mulia,
Wahai Sayyidi 'Abdul Rahman ibn Sayyid Muhammad Al-Idrus,
Duhai kecintaan ummat,
Duhai gandingan mulia,
Sultan Zainal 'Abidin III.

Ya Allah,

Saksikanlah ku ziarahi maqam kekasihmu,
Kerana cinta kasihku,
Pada auliya'-Mu,
Biar orang mengata,
Untuk apa diziarahi,
Untuk apa dijejak maqam itu,
Kerana di situlah rahmat Allah,
Kerna dia bersemadi tapi bernyawa,
Lebih baik ku ziarahi insan,
Yang bersemadi tapi hidup,
Daripada ku ziarahi insan hidup,
Tapi bersemadi.

Lautan cinta itu,

Takkan kau renangi wahai insan,
Tanpa mahabbah pada Rasulullah,
Dan Ahlul Baitnya yang suci,
Mengertilah kau akan hakikat itu,
Pasti kau akan memahami.

Wahai Tokku Paloh,

Ku tutupi kalam bicaraku,
Dalam diam ku mengalun rindu,
Menatap kelambu maqam hijaumu,
Saat ku mengalunkan qasidah itu,
Ku merasakan kehadiran,
Sejuk ku rasakan diriku,
Semoga Allah merahmatimu,
Minad dunia ilal jannah,
Ya sayyidi,
Salamullah Ya Sadah Minar Rohmani Yaghsyakum.



Karangan oleh:

PEDANG TIMUR BERKELANA,
Rabu, 7 November 2012 M,
Jam 9.40 pagi,
di maqam Tokku Paloh,
Kampung Paloh,
Kuala Terengganu,
Terengganu Darul Iman.
 

MADAH RINDU

Duhai insan termulia,
Yang denganmu terwujud segala,
Membentuk akan jagat raya,
Kemuliaan kesempurnaan duhai tercinta.

Di saat perkumpulan insan,
Di majlis mengagungkanmu,
Mengucap kalam-kalam rindu,

Dalam ungkapan cinta bermadah padamu.

Berbaris indah jemaah itu,
Di majlis mengenangkanmu,
Masing-masing mencintaimu,
Wahai Rasulullah saksikanlah umatmu.

Wajah mereka manis tersenyum,
Hati berbunga indah,
Sejuk dirasakan saat menatap namamu,
Sebati menyerap di dalam qalbu.

Di saat dibacakan akan manaqibmu,
Yang mulia susunan keturunan muliamu,
Membuahkan cinta dan bermekar rindu,
Padamu wahai Rasul yang selalu dirindui.

Pabila maulid itu dialunkan berlagu,
Ku lihat senyuman-senyuman jemaah,
Menguntum senyum bersulam salju,
Akan namamu diagung diseru.

Alunan-alunan madah rindu itu,
Berlalu sohifah ke sohifah,
Sayu pabila dalam penghayatan,
Hati tenggelam merinduimu.

Maulidmu terus dialun diseru,
Wajah-wajah tertunduk sayu,
Bergenang air mata itu,
Hati kian tertusuk rasa rindu.

Madah-madah memujimu,
Bagi para pencintamu,
Pencinta maulid mengingatimu,
Dirasakan amat singkat waktu berlalu.

Mata-mata pencinta bergenang,
Tak tertahan mengenangkanmu,
hati mendesak kelemasan,
Mengharap cinta dan kasihmu.

Duhai Rasulullah yang tercinta,
Yang saban waktu dirindu selalu,
Kan dialunkan madah-madah indah,
Dalam merinduimu di lubuk hatiku.

Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Selasa, 6 November 2012 m,
Jam 11.10 malam,
Kuala Terengganu,
Terengganu Darul Iman.

Monday 19 November 2012

Syair HUSNUL KHOTIMAH

Allahummakhtim lana bihusnul khotimah,
Wala takhtim 'alaina bi suu'il khotimah,
Dalam laluan hidup panjang ini,
Rencah hidup bersimpang dilalui.

Lalu wahai Tuhan kami,
Setiap mohon kami pada-Mu,
Setiap sesalan kami pada-Mu,

Kasihilah kami Ya Robbana.

Kami sedar ya Tuhan,
Kullu nafsin dza iqotul maut,
Kami takut maut kami itu,
Dalam keburukan jua.

Lalu kami bermohon pada-Mu Allah,
Matikanlah kami dalam husnul khotimah,
Matikanlah kami dalam keampunan-Mu,
Akhirilah hidup kami dalam kebaikan jua.

Setiap taubat kami pada-Mu,
Ampunilah kami ya Allah,
Setiap hutang kami dengan manusia,
Kami mengharap dihalalkan mereka.

Ya Allah dengarilah rintihan ini,
Permohonan pada-Mu ini,
Matikanlah kami dalam husnul khotimah,
Matikanlah kami dalam husnul khotimah..Amin.




Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Isnin, 5 Muharram 1434 H = 19 November 2012 M,
Jam 4.18 petang,
Georgetown,
Pulau Pinang.

Saturday 17 November 2012

SEMANGAT DARI TIMUR

Benua Timur ini,
Berunjur di sisi lautan,
Benua penentu Ad-Dinullah,
Rahsia dalam rahsia.

Semangat-semangat Timur,
Sekian lama menyelam,
Berdiam dalam rahsia,

Di pautan tanah MIM LAM KAF.

Terselam dan menyelam,
Tenggelam dalam kasih,
Di bumi wali-wali,
Benua Timur ini.

Tiba masa mereka terjaga,
Berenang menzahrkan diri,
Bersatu sehati,
Dalam saf dirahmat Ilahi.

Panji-panji penyatu mereka,
Iman pengikat mereka,
Nur penyuluh mereka,
Besi kekentalan mereka.

Terbitan fajar,
Berbalut dengan kegelapan,
Pacuan penghancur,
Pembela benua penentu.

Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Ahad, 4 Muharram 1434 H = 18 November 2012 M,
Jam 8.40 pagi,
Georgetown,
Pulau Pinang.

KERANAMU DINDAKU



Bertaut hati dalam rasa,
Hadirmu tiada dijangka,
Asalnya susur semata,
Kini menemani jiwa.

Walau fikir selalu beza,
Kau selalu memendam hatimu,
Yang mempunyai rasa,

Dindaku sayang.

Kau mendakapku mesra,
Menenangkanku,
Menghilang resahku,
Ohh dindaku.

Air matamu menitis dinda,
Saat ku lagukan padamu,
Kisah hidupmu,
Walau tiada pernah kau cerita padaku.

Diriku menemanimu,
Jiwa halus selalu menemanimu,
Hanya dirimu memahami itu,
Sayang.

Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Sabtu, 4 Muharram 1434 H = 17 November 2012 M,
Jam 11.50 malam,
Georgetown,
Pulau Pinang.

AIR MATA GAZA

Gaza terus menangis,
Hiba dalam kedinginan,
Bermandi debu pasir,

Ledakan jahanam si celaka.

Gaza,
Tabahkanlah hatimu,
Bangkitlah dengan kekuatanmu,
Ku tahu peluru tidak menakutkanmu.

Kesakitanmu kami jua rasai,
Dengan upaya yang ada kami membantumu,
Apa yang ada,
Kami bersamamu.

Tangis kami mendo'akanmu,
Wahai Gaza,
Tabah imanmu selalu teruji,
Bedilan pembunuh mencari-carimu.

Sekuat daya mampumu,
Hadaplah jahanam itu,
Lebih baik kau tumbang syahid,
Dari terbunuh melarikan diri.

Tandus pasiran kering,
Tersimbah jua darahmu,
Basah jua dengan air matamu,
Tapi ku tahu dikau kuat.

Duhai Gaza,
Tanahmu mulia,
Tanah para anbiya',
Bangkitlah dengan yaqin.

Walau batu senjatamu,
Namun dengan ma'unah,
Mampu menjadi pembinasa,
Tentera langit membantumu, Gaza.

kami seupaya mungkin,
Membantumu duhai Gaza,
Walau untaian do'a saban fajar,
Dihantar ia sebagai senjata padamu.





Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Sabtu, 4 Muharram 1434 H = 17 November 2012 M,
Jam 10.23 malam,
Georgetown,
Pulau Pinang.

FAJAR TIMUR


Di bumi ini ku berpijak,
Bumi timur yang diam,
Yang menyimpan saksi bisu,
Bersemadi para kekasih-Nya.

Terengganu Darul Iman,
Kibaran hitammu menguak pintu,
Saraf yang diam pun terjaga,
Seterbit fajar di timur.

Pulalah bangkit dalam jaga,
Ibarat mentari yang garang,
Bangkit menunjukkan diri,
Bumi timur ini.

Terus berdiam hingga tikanya,
Datang seruan supaya berjaga,
Usah lagi dalam mimpi,
Kibaran hitam terus berkibar.

Logam-logam terus membenih,
Bijih-bijih terus bertempa,
Bumi ini,
Bumi kesayanganku.

Tanah Terengganu yang berdaulat,
Kecintaanku,
Tangan -tangan yang menggenggam,
Sudah terketar menghunus.

Sakitnya tiada peri,
Sedare terikat seiman,
Pedih mereka terasa jua,
Dalam diri yang sejahtera.

Walau rangkaian doa yang jauh,
Tetap jua ada nilainya,
Ohh bumi timur,
Persiapkan tanah-tanahmu.

Persiapkan 'pakaian'mu,
Yang kejap bertahan,
Diinjak tapak-tapak berladam,
Oleh rijal yang perkasa.

Hitammu wahai kibaran,
Terengganu Darul Iman,
Tangisan Gaza,
Tiada sanggup didengari.

Di mana saif-saif timur,
Di mana adiyat-adiyat perkasa,
Di mana takbir-takbit gema,
Kalian berdiam.

Menantikan titah penguasa,
Dialah pemilik segala-gala,
Rahsia Timur itu,
Terendam lama bermandikan air.

Seorang perahsia,
Tentu pendiam tiada terkira,
Bumi itu tenggelam bisu,
Memerhatikan alam menanti masa.

Kilauan suria,
Logam yang bertempa,
Menjadi bilah yang pendendam,
Dahagakan minuman merah yang memercik.

Terengganuku,
Terowong safar semakin hampir,
Teguklah sepuasnya bekalan perjalanan,
Kerna tujuanmu masih jauh.

Tataplah sepuasnya kibaran bulan itu,
Apakah pergimu tiada kembali,
Atau kembali perwira sejati,
Kebangkitan dirindui.



Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Sabtu, 4 Muharram 1434 H = 17 November 2012 M,
Jam 9.45 malam,
Georgetown,
Pulau Pinang.
 
 

NAZHOM PUJI WALI


A'udzubillahissami ul 'alim minasy syaitonirrojim,
Bismillahirrahmanirrahim,
Innallahha wamalaaikatahu yusholluna 'alan Nabi,
Ya ayyuhalladzi na amanu shollu 'alaihi wasallimu taslima.
Allahumma sholli wasallim wabarik 'alaih.

Sayyidul Istighfar ......... (3 kali)

Allahumma sholli 'ala Sayyidina Muhammadin wa 'ala alihi washohbihi wasallam.................(3 kali)

Ya Allahu ya Allah,
Ya Arhamarrohimin Ya Arhamarrohimin,
Ya Arhamarrohimin Ya Arhamarrohimin,

Assalamu'alaika ya Sultanul Auliya' Allah,
Wahai titihan mulia Nabi kami Sayyidina Muhammadinil Musthofa shollallahu 'alaihi wasallam,
Wahai waliyullah yang khoriqol 'adah,
Dengan kemuliaanmu di sisi Allah,
Kami bertawassul denganmu wahai Ya Sayyidi Ya Syeikh 'Abdul Qodir Al-Jailani,
Rahmat Allah ke atasmu sentiasa ilal akhirah,
Wahai Ahlal Bait Al-Jailani rodhiyallahu 'anh,
Dengan kemuliaanmu sebagai wasilah,
kami bermohon pada Allah,
Agar sentiasalah hidup hati kami dalam zikrullah ilal akhirah.
Amin

Assalamu'alaika wahai kemuliaan Timur,
Wahai titihan mulia Nabi kami Sayyidina Muhammadinil Musthofa shollallahu 'alaihi wasallam,
Wahai waliyullah...wahai al-quthubuz zaman,
Kami bertabarruk padamu ya auliya' Allah,
Kami bertawassul padamu ya auliya' Allah ya khoriqol 'adah,
Wahai al-quthubuz zaman ya bani Al-'Idrus,
Ya Sayyidi 'Abdul Rahman ibni Muhammad Al-Idrus rodhiyallahu 'anh,
Engkaulah permata indah Terengganu Darul Iman,
Dengan kemuliaanmu kami bermohon pada Allah,
Agar mengabulkan hajat kami,
Dan memelihara kami sentiasa atas mahabbah pada Ahlul Bait,
Dan mengekalkan kami atas 'aqidah yang haq ilal akhirah.
Amin

Assalamu'alaika ya Imamul Quthub,
Wahai titihan mulia nabi kami Sayyidina Muhammadinil Musthofa shollallahu 'alaihi wasallam,
Permata berkilau Kota Tarim Hadhramaut,
Wahai waliyullah al-quthub yang terang bercahaya hatinya,
Yang melihat 'alam dengan cahaya mata hatinya,
Wahai sohib Ar-Rotibul Haddad,
Wahai sohib Al-Wirdullathiff,
Wahai kemuliaan dan kecintaan insan,
Ya quthub ya khoriqol 'adah,
Wahai permata bani Al-Haddad,
Ya Sayyidil Imam Habib 'Abdullah ibni 'Alawi Al-Haddad,
Dengan kemuliaanmu di sisi Allah Azzawajalla,
Kami bermohon agar istiqomahlah kami dalam keta'atan ilal akhirah,
Amin.

Assalamu'alaika ya Auliya' Allah,
Kekasih-kekasih Allah yang termulia,
Yang harum ibarat kasturi,
Kecintaan kami padamu duhai sekalian Auliya' Allah,
Semoga Allah merahmatimu ilal akhirah,
Ya Auliya' Allah,
Cahaya kasihmu kemuliaanmu menyinari hati-hati yang layu,
Dengan kemuliaanmu kami bercinta,
Mencari jalan kepada Pencipta.
Ya Allah,
Pemeliharaan Allah lah ke atas sekalian para waliyullah,
Amin.







Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Sabtu, 3 Muharram 1434 H = 17 November 2012 M,
Jam 4.30 petang,
Georgetown,
Pulau Pinang.
 

Friday 16 November 2012

Qasidah YA IMAMI



Ayyuhal Imami,
Ya Imamal Mursalin,
Ya Rasulullahi shollallahu 'alaihi wasallam,
Ya Nabiyyallahu shollallahu 'alaihi wasallam.

*


Ya Imami Ya Imami Ya Imami ,


Ya Sayyidina Muhammadur Rasululullah,
Ya Nur Muhammad Shollallah,
Ya Abaz Zahra'i.

*


Ya Abal Qosimi,

Ya Aba Ibrohimi,
Ya Zainal Madinati,
Ya Imami Ya Imami.

*


Antal Musyaffa'un,

Anta Syafi'un,
Isyfa'lana fi yaumal Mahsyar,
Ya Miftahul Jannah.

*


Ya Imami Ya Imami Ya Imami,

Ya Nabiyyallah wa khotaman Nabiyyin,
Ya Qo'idu Ghurril Muhajjalin,
Ya Nurun 'Alan Nur.

*


Ya Fattahu Ya 'Alim,

Ya Rahmanu Ya Rohim,
Ya Lathifu Ya Khobir,
Ya 'Azizu Ya Hamid.

*


Bijahi liSayyidina Muhammadin,

Bijahi Ahlal Baitin Nabi,
Bijahil Auliya'i wal Ulama'i wasy Syuhada'i,
Ya Allah.

Sholatan daa'imatan Ya Allah


Karangan oleh:

PEDANG TIMUR BERKELANA,
Sabtu, 3 Muharram 1434 H = 17 November 2012 M,
Jam 2.56 petang,
Georgetown,
Pulau Pinang.