Wednesday 21 November 2012

OMBAK JIWA


Deruan angin dingin itu,
Membawa bersama wap lautan,
Ke daratan yang menghijau,
Menyapa wajah kesunyian,
Membelai tubuh kedinginan,
Dalam sebak rindu bertamu,
Di kala,
Nyanyian sayu si camar,

Yang terbang bebas di udara.

Ombak-ombak membadai,
Membelai gigi-gigi air,
Membawa sinar baru,
Lalu membawa pergi pula,
Buih-buih kehidupan,
Bersaksikan tempoh masa,
Dan saksi bisu di pantai,
Ranting-ranting hanya mampu melihat,
Dan mengangguk dalam kesepian.

Namun,
Jiwa pemuda bangsa,
Yang berdegar dalam semangat,
Darah panas yang menggelegak,
Saat maruah bangsa diinjak-injak,
Kakinya kejap berpasak di pasiran,
Pantai yang mulus namun perahsia,
Si pemuda bangsa,
Bangga dalam perjuangan,
Apakah segah dan sekuat,
Tunjang rhu yang menemani,
Tebingan pasir yang kian rebis.

Ku takut,
Ombak itu membadai pegangan,
Dan menghakis keyakinan dan semangat,
Lalu,
Runtuh dalam diam,
Sebagaimana rebisnya tebingan pantai.

Ku risau,
Deruan angin yang setia itu,
Mengikis semangat juangnya,
Dan menipiskan kentalnya,
Ibarat hembusan bayu,
Yang dingin tapi kuat,
Membawa bersama debuan,
Dan pepasir halus ke daratan,
Menghakis pantai yang indah,
Ku takut,
Sedingin itu nantinya jiwa,
Anak muda pejuang itu,
Darah yang panas tercabar,
Kan dingin sesejuk angin,
Hanyut dan terbuai,
Dalam hembusan dan belaian,
Yang membelai jiwanya.

Ayuhlah,
Duhai pemuda bangsaku,
Kejapkanlah tembok itu,
Tembok kekuatan dirimu,
Dan tebingan kebalmu,
Agar pemusnah jiwa anak muda,
Tiada kan bisa ditembusi,
Oleh semilir dan bayu,
Yang lembut tapi memusnahkan,
Jadilah engkau seteguh,
Tunjang-tunjang yang memasak pantai,
Yang rendang dan sayup melangit,
Tiada goyah dengan ancaman,
Begitulah jiwamu anak bangsaku,
Kita tiada lemah apalagi pemalas.

Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Sabtu, 10 November 2012 M,
Jam 1.15 pagi,
Setiu,
Terengganu Darul Iman.

No comments:

Post a Comment