Friday 30 November 2012

KERINGAT PETANI

Di bawah terik mentari,
Silau membakar kulit,

Dan mengalirkan keringat jernih,
Menitis di sawah,
Yang keruh berselut,
Demi sebuah kehidupan,
Padi-padi dicedung,
Satu-satu dibenam,
Tiada hirau panas kan hujan,
Petani terus saja mencedung,
Tiada hirau cuaca panas itu.

Menghijau sawah,
Seluas pandangan mata,
Hembusan lembut angin bukit,
Membelai helai-helai daun padi,
Yang subur hijau,
Ku lihat insan-insan berterendak,
Berselut-selut bajunya,
Dengan keringat membasahi tubuh,
Dan peluh yang mengalir,
Demi sesuap nasi,
Gigih dirimu duhai petani.

Pipit-pipit terbang melayang,
Meninjau padi-padi di sawah,
Anak-anak padi ditanam,
Berbaris indah,
Di suatu sudut sana,
Ada yang membaja sawahnya,
Ada yang mengikat unting,
Indah sungguh suasana kampung,
Damai,
Angin-angin setia,
Menghembus lembut juraian,
Daun-daun padi,
Dan wajah petani,
Yang kental usaha,
Air di parit,
Berombak lembut ditiup angin,
Padang yang menghijau,
Sawah apdi itu,
Membawaku kembali ke zaman silam,
Berkubang di dalam selut,
Memasang taut-taut ikan,
Bercedung anak-anak padi,
Mengikat unting-unting padi,
Memukul padi yang masak,
Alangkah indahnya saat itu,
Kini,
Ia sudah berlalu pergi.






Karangan oleh:
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Juma'at, 16 Muharram 1434 H = 30 November 2012 M,
Jam 9.05 malam,
Georgetown,
Pulau Pinang.

No comments:

Post a Comment