Wednesday 12 June 2013

TOK AYAH




Sesusuk tubuh tua berjalan di celahan pohon,
Tongkat di tangan kanannya dihayun kemas ke tanah,
Sambil langkahan demi langkahan lemah memijak bumi,
Sesekali angin lembut membelai jubahnya yang putih bersih,
Kakinya silih berganti melangkah,
Wajah bersihnya menenangkan saat memandangnya,
Tenang setenang air yang mengalir di aliran sungai,
Sejuk dan mendamaikan.

Tubuh tua itu terus berjalan,
Di tangan kirinya ada untaian tasbih kemuning,
Jemarinya yang mulia terus bergerak seiring zikrullah di bibirnya,
Sungguh damai dan tenang melihatnya,
Namun gah sungguh kelihatan jiwa mulia ini,
Daun-daun terbang di kakinya dengan tenang,
Hembusan angin desa membelai jiwa nan tenang.

Ku berdiri menghampirinya,
Menghormatinya dengan penuh kemuliaan kekasih,
Dia tersenyum melihatku di situ,
Terpana dan tidak tergambar dengan kata,
Hebat sungguh susuk Tok Ayah ini,
Ku menghampirinya dengan hormat,
Menyalaminya dan mengucup kasih tangannya,
Memeluk erat jiwa indah ini,
Dia memimpin tanganku ke arah bangsal tua di tepi sawah itu,
Sawah yang menghijau,
Damai,
Meliuk-liuk pokok-pokok padi mengikut haluan angin padang.

Kami duduk bersama di birai bangsal,
Sambil ku perhatikan wajahnya yang bersih dan bercahaya,
Sungguh damai menatapnya,
Benarlah menatap wajah insan soleh itu mengingatkan kita pada Ilahi,
Dia tersenyum,
Sambil meletakkan tongkat kayunya di sisi,
Dan mencapai rida' hijau yang tersisip kemas di bahunya,
Lalu mengelap peluh dingin yang membasahi wajah bersihnya,
Rida' itu diletakkan di atas pehanya.

Tasbih itu berganti tangan ke kanannya,
Sambil jemari setia menguis-nguis butiran tasbih,
Kini Tok Ayah berzikir secara sirri,
Beliau mula berkalam indah,
Kalam-kalam cinta nan syahdu,
Menuturkan padaku pesan dan wasiat,
Sesekali angin kuat menerpa wajah-wajah kami,
Dan ekor serban Tok Ayah membuai-buai diterbang dek angin,
melihat padi berombak indah,
Dan pipit-pipit berterbangan mencari padi sebagai rezekinya hari ini,
Dedaun pokok meluik-liuk manja,
Pelepah-pelepah kelapa terbang di hujung pokok,
Di kaki bangsal mengaliri air parit yang cetek,
Ikan-ikan berenang ria,
Nyamannya terasa tak terucapkan.

Tok Ayah menunjukkan ke arah sawah padi yang terbentang luas,
Dan berpaling memandangku manis dan ikhlas,
Lalu membelitkan tasbihnya di tanagn kananya,
Dan memegang lembut bahuku,
Dalam senyum beliau berkalam indah,
Cu, lihatlah apa yang ada di depanmu,
Carilah ilmu dan fahamilah ilmu,
Selagi usiamu masih muda dan ingatanmu masih kuat,
Berkelanalah ke mana saja engkau mahu,
Demi sebuah harga cinta dan cahaya ke'ilmuan yang kau dapatkan,
Dan bawalah pulang ia ke sini,
Khidmatlah untuk anak bangsamu,
Untuk agamamu,
Fahamkanlah oarang-orang sekaliannya akan agama,
Namun,
Inagtlah Cu, setinggi mana pun pengajian dan kefahamanmu,
Janganlah sekali engkau lupa,
Bahawa Dialah Allah Ta'ala yang mengurniakanmu nikmat kepandaian,
Dan Dia yang memahamkanmu,
Janganlah engkau sombong dengan ilmumu, Cu,
Janganlah engkau sentiasa merasakan dirimu sentiasa betul,
Nescaya bencanalah bagimu nanti,
Kerna engkau telah membuka pintu-pintu takabbur di depanmu.

Lihatlah,
Tok Ayah menunjukkan ke arah padi,
Ia sarat dengan buah-buah padi yang masak,
Iyu kan suatu nikmat dan kelebihan yang ada padanya,
Semakin ia berisi dan masak,
Semakin ia menunduk menerjah bumi,
Jadilah engkau sepertinya, Cu,
Medan da'wah ini bukanlah padang permainanmu,
Dan juga bukan medan perang untuk kau tunjukkan kehebatanmu,
Ia adalah tugas mulia dari Tuhanmu,
Janganlah engkau berputus asa dalam setiap jejak langkahmu,
Teruskan,
Teruskanlah setiap kata yang membawa insan kepada-Nya,
Mengenal-Nya dan Rasul-Nya ,
Bawalah manusia ke jalan hakikat dan makrifat,
Pimpinlah manusia ke jalan tasauf ihsan.

Dia memandangku penuh harapan,
Dan menepuk lembut dan tegas,
Ku mengangguk tanda faham,
Ku memandangnya dengan senyum,
Memegang tangannya dan mengucupnya,
Memeluknya tanda berkasih cinta padanya,
Memandang wajah sucinya bagaikan tidak puas,
Ingin sekali terus bersamanya di situ,
Tok Ayah mencapai rida'nya dan mengalungkannya di leherku,
Memberi hadiah itu sunnah Al-Musthofa,
Berpeganglah dan istiqomahlah atas sunnahnya, Cu,
Sambil Tok Ayah tersenyum bahagia,
Dan,
Kami sama-sama menikmati pemandangan 'alam yang damai,
Dan bersyukur di atas nikmat-Nya.






Karangan oleh:
Al-Faqir Ilallah,
PEDANG TIMUR BERKELANA,
Rabu, 12 Jun 2013 M = 3 Sya'aban 1434 H,
Jam 3.07 petang,
Pulau Pinang.

No comments:

Post a Comment